mercredi 22 novembre 2006

LELAKI DI BALIK JENDELA

Lelaki di belakang jendela menerawang langit mendung yang menghalangi pandang. Tak ada yang tahu apa yang ada dibalik pikirnya yang biasanya jernih dan lapang. Lagu-lagu sendu mengalun di belakang, membuatnya mulai menghela nafas lebih panjang. Wahai lelaki yang tengah menerawang, apakah yang kiranya tengah kau kenang? Masa depan yang masih di awing atau masa lalu yang membuat hati berlubang-lubang?



Lelaki di belakang jendela pikirnya melayang pada keluarga yang ia sayang nun jauh di sudut dunia yang masih centang perenang. Andai ia bersama mereka sekarang, mungkin tak akan pernah dikenalnya rasa tersiksa kala rindu ganas menyerang. Lelaki di belakang jendela senyumnya terkembang, mengingat dua permata hati yang amat ia sayang. Ketika bunga-bunga tulip mekar di awal musim semi kelak pada kalian aku akan datang.



Lelaki di belakang jendela mengalihkan pandangnya pada kotak hitam yang telah menghubungkan kamarnya yang mungil pada dunia yang menghadang, berbincang dengan beberapa kawan yang seolah hadir berhadapan padahal ada belasan jam waktu terentang. Lelaki di belakang jendela, baginya jarak bukanlah penghalang sebuah persahabatan menjadi lekang.



Lelaki di belakang jendela jemarinya mulai menuliskan kisah di punggung keyboardnya, tentang gelisah pada malam-malam yang tak berbintang, tentang rindu pada ayah bunda yang lebih dahulu berpulang dan hati yang senang maupun meradang. Lelaki di belakang jendela, tekadnya sekeras karang, kekesalannya kadang menjadi radang, diamnya menghanyutkan bagai danau tenang dan riangnya selalu mengajak dunia ikut berdendang.



Lelaki di belakang jendela menerawang menatap senja yang tak lagi terang. Dikenangnya jatuh bangun perjuangannya untuk mendapatkan apa yang dimilikinya sekarang. Mengejar mimpi yang dari dulu selalu terbayang, terbang melayang tak terhalang diantara bintang-bintang. Lelaki di belakang jendela menerawang menatap langit malam dan tersenyum berbisik pada bayangan lelaki serupa dirinya di pantulan jendela kamarnya, “Ayo kita pulang…”

1 commentaire:

PROYEKKATA a dit…

Hehehe..pakabar Im?
Kali ini tebakanmu meleset. Ini tentang dan untuk seorang sahabat yang sedang hidup jauh di negeri orang.

So surprise to see that you still remember how i adore my father so much.