mardi 13 février 2007

DUA MUTIARA

Mutiara 1

Bulat indah sempurna kilap bentukmu...Pinctada maxima yang manja, budidaya telah berusaha membentuk segala kebaikan dalam dirimu dengan memasukkan segala unsur dan preparat yang paling mungkin. Agar setelah ini kau siap dipanen dan segera menjadi rebutan para perempuan yang menginginkanmu menghiasi leher-leher jenjang mereka. Menjadi rebutan mereka yang mengira indahmu semata yang moksa abadi...tanpa mereka pernah tahu sempurnamu palsu. Bakarlah, gigitlah halusmu...segera akan mereka temukan, dibalik segala anggunmu, kau jenis yang mudah leleh oleh panasnya hidup dan mudah retak terbelah oleh tekanan keadaan. Pengrajin telah menggosok kuat dirimu, agar kilaumu menjerat banyak hati untuk melakukan apa saja dengan bayaran berapa saja untuk memilikimu...tanpa tahu semua itu tak akan pernah sepadan.

Mutiara 2

Tak sempurna bulat indah kilap bentukmu. Kusam sedikit muram tertutuplah anggunmu. Dari dasar lautan yang dalam, sempurnamu dipanen. Tak ada campur tangan yang membentuk keindahan dan kemegahanmu kecuali tangan-Nya. Kau indah, karena begitulah Tuhan menciptakanmu. Tak mudah leleh oleh panasnya kehidupan, tak mudah lupa atas akar dirimu. Gigitlah bulatnya yang tak sempurna, akan kau rasakan riwayat pasir dan ganas laut yang membesarkanmu. Meski tak ada mata memandang, meski tak ada hati menginginkan...mutiara tetaplah mutiara sejati. Megah,kuat dan indah meski tak berkilap secemerlang yang palsu. Maafkan mata hati yang tak mampu melihat keindahanmu dan kesejatianmu selama ini. Ternyata selama ini aku cuma perempuan biasa yang menginginkan keindahan semu menghiasi leherku...aku memang tak padan dengan kesejatianmu.

Untuk Mangifera Indica...bagaimana mata batinku bisa begitu silau, silap dan buta?

lundi 12 février 2007

DUA

Perempuan tersedu sendirian.
Lambat mengepak semua kenangan,
perlahan melipat semua angan.
Dibungkusnya semua kesalahpahaman..
Berkata seperti penuh harapan:
Andai aku bisa membaca keadaan.

Disusunnya rapi semua sedu sedan,
tawa harapan dan tangis kehilangan
berjejal dalam koper yang terbeban.
Dibuangnya segulung rasa kasihan
yang diam-diam menyelip di pojokan...

===

Lelaki termenung sendirian.
Tercenung melihat bongkahan kenangan,
yang tiba-tiba berserakan porak-porandakan pikiran.
Berkata seperti penuh penyesalan:
Andai aku bisa membaca keadaan.

Dilihatnya lagi segala tawa dan sedu sedan
dan kalimat-kalimat yang pernah dipertukarkan nyaman
tersusun dalam lembaran-lembaran catatan yang sungguh edan.
Dikenangnya lagi setiap detik rasa nyaman,
sebelum semuanya hilang tersedot bayangan.