dimanche 19 août 2007

KENANGAN HUJAN FEBRUARI

Kalau boleh...aku ingin hujan yang menghijaukan daratan dan meresap mantap ke dalam tanah untuk kelak menyejukkan tenggorokan dan tentu saja menjaga kehidupan. (Aku tahu, matahari memang harus terbit setiap hari..tapi ada kalanya ia harus mengalah pada awan kelabu yang menangiskan hujan. hidup memang tidak harus selamanya bahagia. langit tak harus selamanya cerah dan hujan tidak harus selamanya sendu...)

Kalau boleh, aku ingin hujan tak usah mendendam menjadi banjir dan menghukum orang-orang yang mencoba melawan takdir :membuang sampah-sampah anyir dan membabat pohon-pohon hingga tinggal tunggir. Banjir tak akan mampu membuat mereka tersindir...

Kalau boleh, aku ingin hujan Rabu malam saja. Hujan yang penuh tawa dan membuatmu berharap semua payung diciptakan hanya untuk seorang saja agar kau bisa punya alasan bagus untuk merapat dan menggandeng lengan seseorang yang diam-diam kau suka agar tak terkena tempias hujan.

Kalau boleh, aku ingin hujan yang membuat pasukan ojek payung tak cuma memanen demam tapi juga rupiah...bukan hujan yang memperkaya pasukan ojek gerobak yang gagah berani melintasi sungai dadakan yang tiba-tiba membelah jantung kota.

Kalau boleh, aku ingin hujan tak lagi ciptakan sedu sedan macam yang kemarin terjadi di akhir pekan...

kalau boleh, aku ingin hujan yang sejukkan tanah dan jiwa, bukan hujan yang hilangkan harta dan nyawa.

BLESSED ARE THE FORGETFULS

ajari aku bagaimana rasanya lupa,
hilangkan cerita..
tak ingat sesiapa
dan apa-apa
:)

TAROT STORY

mine: HIEROPHANT.REVERSED
I feel alive and a bit anarchic. I became rebellious against all establishmnet and rules, they made me claustrophobic. I might turn against my background and reject my parental values to seek my own truths.
I'm in danger of judging a book by its cover and being overly impressed by titles or letters after someone's name. Do not rush into any new agreements, they will prove dissapointing.


his: QUEEN OF CUPS.REVERSED
you caused a sustained painful emotional wounds on this woman. you locked her into unhappy and unfulfilling relationship. this might come from your repressed emotions and background. now you put an enormous self pity on yourself and feel emotionally exhausted
There are four things we can not change in life. A stone after the throw, a word after it is said, an occasion after the loss and time after its gone.

DAYS OF A DAY BEFORE MY BIRTHDAYS

1999
Kupandang langit malam yang bertudungkan manik-manik pijar bintang dari ketinggian Bandung yang dingin dan sendu. Inginnya aku terbang diantara cerlang bintang dan merengkuh terangnya yang diam-diam meradang. Begitulah bintang, begitulah aku...hanya bisa terdiam memandang kembali semuanya dari kejauhan, menahan segala kerinduan pada masa kanak-kanak yang penuh kebahagiaan. Tawa dan mainan, dongeng dan empeng, ceria dan cerita, dekat dan jauh dari kedua orang tua ...Aku kini berusia dua puluh satu, tak lagi kanak-kanak, aku sudah tua tapi belum dewasa.


1978
Hujan masih saja menggigilkan pojokan Bandung. Seorang calon ayah terkejut bahagia kala maghrib itu dilihatnya seorang teman berdiri di depan pintu rumahnya. Ahhh, kau rupanya! masuklah..lama sudah kita tak bertemu! Lelaki yang berdiri di depan pintu rumahnya menggeleng cepat, lalu bergegas menyorongkan sebuah amplop coklat yang ia yakin sebenarnya tak akan pernah dapat mengganti segala jasa dan budi baik sang calon ayah pada dirinya.
Calon ayah itu tertegun haru, ia tak pernah mengharapkan semua ini. kebaikan tak akan pernah menjadi kebaikan manakala pamrih menguntit di belakangnya. Lelaki itu tetap menjejalkan amplop coklat itu dan memeluknya sebelum bergegas pergi dibawah rinai hujan yang belum juga bosan. Calon ayah bergegas menemui istrinya, berdua mengucap syukur dan berkata pada si bayi yang tengah bergelung dalam hangatnya rahim ibunda, sambil tersenyum dan mengelus bulat perut ibunda, ini rizkimu, Rizki...


2003
Kupandang langit malam yang bertudungkan manik-manik pijar bintang dari balik jendela Kramat Jati yang dingin dan lelap. Siluet sawah membentang bagai beludru hitam menutupi petang. Kisah hidup terkenang dalam kerjapan-kerjapan mata di tengah gelap. apa yang kiranya tengah kukenang? apa yang sedang kulakukan sekarang dan apa yang kiranya akan segera kujelang?
Yogyakarta menghampiriku kala malam mulai tergelincir ke dini hari. Sendirian saja aku berjalan menyusuri Poncowinatan, menyusuri Malioboro hingga Ngasem, menjelajahi Terban hingga Kauman. Sendiri, mengikuti kehendak hati mencari hilangnya jejak diri yang hilang ditelan riuh rendahnya deru mesin-mesin penenun kain dobi, memunguti makna diri yang raib terselip di sela dentaman musik yang membuatku bergoyang hingga menjelang pagi, menelisik lagi kemana hilangnya iman yang dulu selalu memberiku kekuatan. Sendiri dalam pandangan yang mulai kabur, tak bisa lagi bedakan mimpi dan kenyataan, keringat dan air mata yang terus berlinangan, harapan dan kecemasan...
Mama, ijinkan aku kembali bergelung dengan aman dalam hangat rahimmu yang nyaman.


2007
Dalam sujudku, kulantunkan do'a dengan segala kerendahan hati padamu Ya Rabb, Tuhan semesta alam, yang memiliki hidupku dan bahagiaku, yang mengalirkan airmataku dan menghapuskan segala lukaku.
Allahu Rabbi...aku tak akan meminta kekayaan kepadaMu, sebab kutahu dunia tak akan pernah cukup untuk memuaskan dahaga manusiawiku akan materi. Allahu Rabbi, akupun tak akan meminta agar aku diberi umur yang panjang, sebab aku tahu mungkin saja aku akan semakin lama menyia-nyiakan usiaku. Allah terkasih, akupun tak akan meminta agar aku diberi bahagia, sebab aku tahu kadang bahagiaku malah akan membuat hati yang lain terluka ataupun merana.
Ya Allah, dalam tangis sujudku...aku hanya meminta kepadaMu dengan sepenuh hati setulus diri, agar kau sudi memberikan padaku sebentuk keikhlasan. Keikhlasan yang mampu membuatku merelakan tawa, tangis, bahagia, amarah, perjuangan, kemenangan dan kekalahan yang pernah berlalu, yang kini kualami dan akan kualami. Yang bisa membuatku sanggup mengerti bahwa tiada sesuatupun yang abadi dan hanya kepadaMu semuanya akan kembali. Tak kuminta bahagia, sebab tanpa ikhlas...segala yang tampak sebagai kebahagiaan hanya akan terasa sebagai kekalahan, segala yang tampak kemilau hanya akan makin membuatku risau dan galau, segala yang tampak indah akan terasa menjemukan, buruk dan membuat gundah.
Maka, malam ini...sebelum usiaku bertambah satu dan hidupku berkurang satu, kumohon dengan segala kerendahan dan kenistaan diri yang tak berarti ini...berilah aku ya Allah, ya Tuhanku, Raja segala di raja, Kekasih dari segala kekasih...sebuah keikhlasan untuk menjalani hidup sepenuh-penuhnya, sebelum penyesalan datang di akhir nanti.

PARADOKS

Disini aku berdiri, tersenyum tertawa merengkuh dunia.
Wajah sumringah cerminan jiwa yang teriakkan bahagia,
meski setengah diriku tengah merasa hampa.
Disana kamu berdiri, hanya kupandangi diam-diam dalam senyap.
Senyumku samarkan rinduku atas bahagia yang tiba-tiba lenyap,
sia-sia menutup lubang di hati dimana kau pernah hinggap.
Mungkin kamu tak pernah tahu rasanya menjadi aku.
kamu disitu dan aku harus berusaha menganggapmu bagai angin lalu,
menyimpan kenangan kita dalam hati dan bersikap laksana hantu.
lalu. bisu. semu.
Sometimes all you need to do is just following your heart...

Bila cinta memanggilmu
Kau ikuti kemana ia pergi
Walau jalan terjal berliku
Walau perih selalu menunggu...
Jika cinta memelukmu maka dekaplah ia
walau pedang di sela-sela sayapnya melukaimu


Kudengar Gibran menyanyikannya di sela sela rantai jangkar yang mulai berkarat, tertambat pada sebuah pasak kayu di sebelah kiriku. Aku merasa duduk sendirian diantara dua pasak kayu di dermaga ini, meskipun sesesok yang serupa pasak kayu di sebelah kananku terus mengajak berbicara. kaki-kaki kami terjuntai mencelup hangatnya laut toska yang berkilauan diterpa cakram cahaya yang mulai rebah ke ufuk barat. sesekali jari-jari kaki kananku bersentuhan dengan jari-jari kaki kirinya, sesekali pula hatiku bersentuhan dengan hatinya.
Angin asin membawa wangi garam yang mengetuk-ngetuk di depan pintu hidung kami. "Andai selamanya bisa begini..." gumamku perlahan sambil memainkan jemari pasak kayu di sebelah kananku sebelum akhirnya perlahan dan enggan ia menarik jari-jarinya dan berkata, "Aku tak ingin selamanya begini...aku tak bisa terpaku hanya pada suatu keadaan atau suatu waktu". Angin asin memainkan rambutku hingga berkibar-kibar bagai bendera yang tertancap di puncak kapal yang melintasi kami, aku meliriknya dan diam-diam merasa menyesal melihat potongan rambutnya yang begitu pendek dan kaku oleh gel rambut. Aku ingin beroleh kesempatan merapikan rambutnya dengan lembut, seolah dengan begitu telah menunjukkan seluruh perhatian dan sayangku padanya.

"Lalu apa yang kau mau?" ujarku singkat sambil melemparkan sebutir serpih cadas kecil sekuat-kuatnya ke tengah lautan. batu itu seperti melompat ringan dua kali diatas bantalan air sebelum akhirnya terbenam untuk selamanya ke dalam misteri samudra. Ia mengangkat bahu tepat disaat batu itu terbenam untuk selamanya. Lalu kukatakan padanya mengapa aku begitu mencintai laut dan dia bertanya mengapa? Sebab laut selalu mengingatkan diriku padamu, sayang...begitu jawabku sambil berdiri dan meregangkan seluruh otot-ototku yang lelah terlalu lama duduk dan menanti. Ia menarikku duduk kembali, mengapa kau samakan aku dengan laut hai gadis?

Ah, tidakkah kau lihat pantulan wajahmu sendiri dalam bening laut toska yang berkilauan diterpa cakram cahaya yang mulai rebah ke ufuk barat? Kau adalah lautku, sayang...tempat segala rahasia dan pikirku bermuara*. Lihat, lihatlah lagi lebih jauh ke dalam laut dibawah kaki kita, cinta...tataplah tatapanmu sendiri. Tidakkah kau sadari adanya samudra yang maha luas dan maha tak terduga tersimpan di sorotnya? kadang kau begitu teduh dan menyejukkan memberi asa kehidupan, namun kadang mematikan kala badai datang menggulung semua kebaikan. Sedikit guncangan di dasar hatimu akan membangkitkan tsunami yang tiba-tiba dan penuh murka, menyeret semua yang ada di hadapanmu, semua yang kau kasihi, tanpa ampun meski akhirnya menyesal. habis tanpa sisa, tanpa asa...dalam lautmu telah kutenggelamkan segala cinta yang kupunya dalam sebuah peti kemas serupa kotak harta karun yang amat berharga. kelak buktikanlah kalau perasaanku tak terbuat dari besi yang mudah lantak oleh karat. semakin lama, tak akan kau temukan sedikitpun korosi padanya...bahkan akan kau saksikan bagaimana ia semakin berkilau dan berpijar terang, hingga pada suatu ketika orang-orang di penjuru dunia akan berkata kiamat telah tiba, sebab matahari bagaikan terbit selamanya dari dasar lautmu.

Ia cuma tersenyum mendengar pembelaanku yang berpijar terang..."Kamu bicara apa sih? Aku sudah punya kekasih", katanya sambil menarikku duduk kembali di sampingnya. Menggenggam tanganku lembut dan menerawang..."Maaf, tapi seharusnya kau sudah tahu..." Aku terdiam dan membenamkan wajahku dalam telapak-telapak tanganku yang guratannya telah menyiratkan nasib buruk ini. matahari telah lelah dan kini sepenuhnya rebah di peraduannya. dermaga itu kini gelap, cuma beberapa lampu masih berkejap-kejap sia-sia mengusir senyap. kami masih duduk bersebelahan tunduk tanpa banyak cakap dan tetap saling bersedekap.

*inspired by Bob Tia's poem
-this fiction was dedicated to the madness of sunset on Bakauheni,020607-

CERITA LUKA

telah kupelajari luka-luka yang lama sudah mengerak di dalam detak jantungku.
aku berhasil, kawan!


dengan bantuan mantra dan do'a dari kitab suci yang paling suci dan buku-buku ensiklopedi psikologi, aku telah menjadikannya serum yang mampu mengelotok segala borok, mengelupas segala duka yang menyesakkan napas dan membuat binasa segala rasa putus asa yang telah lama bercokol di dalam dada.

kuhampiri ia mula-mulanya dan kutanya dengan nada yang paling ramah..,"tidakkah kau bosan? bertahun-tahun sudah kau mendekam dalam jiwa dan pikirku yang sempit ini. tidakkah kau ingin pergi? ruang dalam hatiku ini sudah menjadi terlalu sempit untuk kubagi denganmu, hai luka lara. maafkan, aku terpaksa mengusirmu...kalau perlu dengan kejam! sebab penghuni baru penggantimu telah teken kontrak denganku beberapa hari yang lalu"
lalu luka bertanya kepadaku, " siapa yang kiranya menggantikanku, hai gadis yang selalu mencintaiku? mengapa kau tiba-tiba bosan padaku? aku telah menemanimu dengan setia hampir selama hidupmu. aku yang telah membersihkan matamu setiap hari dengan air mata kesedihan yang tak kunjung usai, aku yang telah melindungimu dari goda para lelaki dengan tudung tudung kepahitan, aku yang selalu menjagamu dari nyeri di batinmu dengan kunci yang mengatupkan mulutmu agar tak lolos rahasiamu. ah, siapa yang kiranya menggantikanku?"

lalu aku menukas lembut, "harapan bahagia kan mengisi ruang kosong yang kau tinggalkan. aku tak ingin selamanya ruangan ini berwarna kelabu, pucat dan gelap. musim panas nan cerah telah tiba dan aku ingin ruang yang lebih berseri. aku lelah...terlalu lelah dan begitu mahal biaya perawatanmu. tak usah kau khawatir, bahagia juga akan membersihkan mataku dengan air mata hasil kerjanya...mungkin akan sedikit berbeda tapi telah kulihat bagaimana air mata bahagia tak hanya membersihkan begitu banyak bola mata di dunia-ia juga mencerahkan binar mata begitu banyak manusia. aku iri...aku ingin memiliki mata yang bisa berpendar secerah itu, yang kilaunya sanggup membuat bintang surut karena tk percaya diri. aku lelah menjadi pahit, menjadi sinis dan menutup terlalu banyak rahasia yang begitu memicis hati....aku tak ingin hanya menjadi gumpalan awan mendung dan gerimis sore yang membuat orang-orang berlarian menyelamatkan diri meski telah berpayung, aku bosan menjadi nimbus badai dan deras hujan yang menyusahkan begitu banyak orang. aku ingin menjadi matahari pagi yang menghangatkan mimpi-mimpi kalau kau terbangun, aku ingin menjadi bulan yang meneduhkan mimpi-mimpi yang membara...aku ingin menerangi dunia sepanjang hari..."

duka tercengang dan tertunduk...aku memeluknya singkat...,"terima kasih atas segala pelajaran yang pernah kau beri selama bersamaku...mengenalmu membuatku sekarang tahu, tanpamu aku takkan pernah menginginkan bahagia dan hidup yang lebih berwarna...aku tak ingin meminta maaf bila aku kini lebih memilih hidup bersama bahagia. semua orang berhak untuk bahagia...mungkin, kau juga..."

-untuk kamu dan kamu dan kalian yang telah lama bersedih...mari belajar bahagia bersamaku-

SETELAH TELAH

telah kita jelajahi ruang rasa, dari garis terbit matahari hingga sudut kelam dimana ia kelak tenggelam. pada subuh yang membiarkan malam meluruh, pada terik siang yang membuat hari panas terpanggang dan pada malam yang menyamarkan semua mimpi dalam hitam.
pernah pula kita telusuri jejak-jejak degupan cepat di dada, pada sepanjang biru debur laut dimana pulau-pulau terbaring telungkup diatasnya..juga pada sepanjang naungan biru langit yang menudungi batu-batu yang bersemadi menjadi candi, pada sepanjang hijau-hijau pohon yang tampak berlarian di kanan kiri kita. pada gunung yang memelototi kita yang berlarian di bawah kakinya...


sudah lelah kita cari mengapa hati menjadi begitu tak menentu, bertanya pada setiap ceruk mangkuk-mangkuk, pada setiap keramaian di tengah kesunyian, pada setiap kesunyian di tengah keramaian pada setiap ketuk nada yang bersenandung dari balik bibir yang tetap terkatup.

kita telah pergi dan kembali, kita telah memenangi dan tertaklukkan, kita telah terbahak dan pernah tersedak, kita telah menangis dan ditangisi, kita telah menghancurkan dunia dengan kata-kata penuh murka yang tak pernah kita sangka kita punya, kita telah bangun puing-puingnya menjadi sebuah istana mungil yang kita tinggali bersama, kita telah menjadi binatang dan menjelma kembali menjadi manusia yang lebih sempurna...

tapi masih saja belum kutemukan jawabnya, kemana kelak semua ini akan bermuara? samudera raya atau mati tercabik di mulut buaya?