samedi 10 juin 2006

LOVE = LOST+NAIVE

please remember to remember me
and please forget to forget me
even if you remember to forget me,
please remember to forget to remember me.
once i want to forget to remember you
but i just forget not to forget you.
no matter how hard i try to forget you
i always remember to remember you
mengingatmu lebih baik dari mengenangmu.
namun mengenangmu jauh lebih baik daripada mengenyahkanmu dari ruang kosong itu

RINDU

Setiap kali memandangmu...
aku hanya berharap dapat mengatakan sesuatu,
seperti : aku cinta padamu.
tapi entah mengapa aku hanya bisa berkata dalam bisu
dan memandang penuh rindu padamu hanya dalam kelu,
meski kau selalu ada disitu..
disebelahku.

SUDAHLAH, BANG!

mungkin memang sudah saatnya kita lupakan saja semua hal ini, bang.
aku lelah sudah terlalu lama mengambang
dan merasa gamang.
masa depan ternyata tak terlalu terang,
bahkan mimpipun tak ada ruang untuk mengawang.
percuma saja,bang...
bila bersama hanya akan membuat hati kita semakin berlubang
dan hanya duka yang kelak melulu kita kenang.
ini bukan soal kalah atau menang,
tapi pilihan untuk menuruti kekang
atau melayang terbang.
kita sudah lama tahu itu,bang..
bahwa akan ada jarak yang terentang
dan perasaan akan centang perenang..
kita sudahi saja sampai disini, bang!
ayo kita terima saja kenyataan hati kita tak sepadas batu karang,
sebab begitu mudah terkikis oleh ombak yang konstan menerjang,
menghablur hancur menjadi serpihan pasir disela lekuk karang.
aku tak menyalahkanmu, bang

I MISS THE CRANBERRIES TIME

I'm Free to Decide, to follow my Animal Instict and Bury the Hatched or act like a Zombie.
I'm Free to Decide, where would i go to find my Salvation.
I'm Free to Decide, if i want to stay here in my room,snuggle under my blanket or just Wake Up and Smell the Coffee.
Desperate and Disappointment is no longer here, you may Go Your Own WayI do respect any Reason, even a Ridiculous Thoughts.
SING WITH ME!
It's not worth anything more than this at all.
I'll live as I choose, or I will not live at all.
So return to where you come from.
Return to where you dwell,
Because harassment’s not my forte,
But you do it very well.
I'm free to decide.
I'm free to decide,
And I'm not so suicidal after all.
I'm free to decide.
I'm free to decide,
And I'm not so suicidal after all, At all,
at all, at all.
You must have nothing more with your time to do.
There's a war in Russia and Sarajevo too.
So to hell with what you're thinking,
And to hell with your narrow mind.
Your so distracted from the real thing.
You should leave your life behind.

birthday gift from Nietzsche

Kamu bagiku adalah laut.
Sekali waktu pernah datang seperti tsunami ke pantaiku.
Kemudian reda.
Tetapi laut tetap laut.
Bukan pasir.
Didalam dirimu semua rahasiaku
Kamu adalah pelabuhan pikirku.
Lautmu adalah muara semua
segala rahasiaku.

23/09/03

peradaban?

adalah ketika dalam bisa kota jurusan ciputat -blok m pada suatu minggu malam yang hujan, sang supir mengeluarkan nokia layar warna dan berkata : "halo, sayang...iya, mas lagi narik nih.tumben nelepon.iya..oh,ya disini ujan juga. udah deket lebak bulus. nanti kamu telepon lagi ya, yang. takut nabrak, yang sedih kan kamu juga. iya..mmmuaaahhhh"

afeksi?

adalah ketika kudengar : "miyung..miyung..pus, cini cayang" dari mulut seorang preman berambut merah gondrong yang selalu nongkrong diperempatan bintaro-kampung utan. lalu tangannya yang penuh tato terulur membelai anak kucing abu-abu yang sedari tadi duduk disebelahnya dan memandangnya di kursi panjang depan kios.

represi?

adalah ketika seorang polisi bernama ajip sukarna menampar supir angkot pondok labu-ciputat tanpa sim dan stnk yang kutumpangi dan berteriak, "emang kamu pikir sekolah saya murah? saya sudah habis satu motor dan tanah. awas luh kalau besok nggak ngasih pekgo gua. masih untung nggak gua bui". padahal itu adalah senja yang hangat dan indah.

kemiskinan?

adalah ketika kubaca di koran mengenai pembunuhan karena selembar uang lima ribu rupiah dan sebentuk anting imitasi. adalah kisah tentang anak-anak umur 6-13 tahun yang dipekerjakan di jermal lepas pantai. bertarung hidup demi tiga lembar puluhan ribu. adalah kisah bunga-bunga mungil setengah mekar yang dipetik terlalu dini atas kehendak bunda yang keji dan hanya silau materi. sementara murid-muridku disekolah membanggakan mainan ratusan ribu yang kemarin dibeli di pondok indah mall dan liburan terakhir ke pelosok-pelosok dunia.

29/09/03

REUNI TERAKHIR

Sebuah cerpen

Malam baru saja rebah saat ia menghampiriku di pojokan kotanya. “Kau datang juga akhirnya,Tung” Matanya yang menyorotkan ketakterdugaan samudra itu menatapku tajam. Ah, mata itu…sudah berapa lama sejak terakhir kali ia mengusirku dengan kerlingan matanya di ujung jalan kota ini yang gersang berdebu? “Aku selalu datang, Ting…Hmmm. Akhirnya kau mau menemuiku juga, Ting”. Matanya tersenyum. Bibirnya tidak. “Ayo!” *** Malam di kotanya selalu meruapkan bau kebimbangan. Antara hidup dan tak hidup, antara cinta dan tak cinta. Seperti juga dia. The man who lives forever in between land.


Kami berdua duduk diatas pagar tembok ujung sebuah mini market 24 jam di depan sebuah pertigaan. Berdua kami bersandar pada dinding kios rokok bercat hijau metalik yang telah tutup, menatap gedung bank pembangunan daerah di depan kami. “Bank, Tung...apa mereka juga punya deposit box untuk kenangan-kenangan kita di dalam sana?” suaranya seperti bunyi sunyi. Aku menunduk. Sudut ini begitu gelap. Kota masih lelap didekap senyap. Betapa sulit membunuh kenangan. Kenangan yang dalam 2 tahun perpisahan kami pun masih saja meneteskan merah darah. Dan seperti katanya, aku tahu sia-sia saja mencoba membalut luka saat semuanya masih berdarah, masih bernanah. Ia pernah bilang, “Biarkan lukamu mengering pada masanya, pada waktunya, Tung”.


Tujuh ratus tiga puluh empat hari aku berusaha melupakanmu, Ting. Selama itu. Dan aku masih saja gagal. Tidakkah mekanisme kenangan begitu absurd, sayang? Adakalanya kau mencoba mengumpulkan segala sesuatu agar kenangan tetap membayang, sementara adakalanya pula kau tak bisa melupakan meski kenangan telah kau buang. Aku pernah bertanya pada seseorang ahli forensik, saat kau mengotopsi seseorang, apakah yang kau temukan pada otak seseorang yang mati karena begitu perih merindu? Anak-anak yang dibuang orangtuanya, kakek nenek yang dilupa anak cucunya dan orang-orang yang rindu pada kehidupan bahagia itu? Dimana kau temukan jejak rindunya? Pada hepar yang telah berhenti berdebar atau pada seonggok spons kekuningan dalam kranium yang sering berangan-angan? Ia tidak tahu. Ia tidak bisa membedakan otak orang yang jatuh cinta dan yang membenci dan ia tidak peduli. “ Ah, bukankan beda cinta dan benci juga lebih tipis dari membran yang paling tipis?”.


Kau mengeluarkan sebungkus Gudang Garam merah dan mulai menyulut satu. Ia masih merokok saja, meski dia tahu aku benci itu. Tapi aku sangat menikmati melihat pendar wajahnya dalam dramatisnya sepercik api di tudungan langit malam? Ahha! Tidakkah sekarang kau mengerti bahwa beda cinta dan benci memang begitu tipis? Kau menyungging senyum setipis beda keduanya “Kau pasti sebal aku masih merokok...ah, kau memang seharusnya benci padaku. Merokok atau tidak merokok. Aku memang brengsek, Tung”. Aku diam saja dan merebut lembut rokok itu dari sela jemarinya. Aku menghisapnya perlahan. Dalam dan pelan...teramat pelan. Kau terkejut tapi berhasil meredamnya dengan baik. Kau menatapku dalam raut kesima.

“ Aku tidak pernah tahu perempuan baik-baik dan berjilbab macam kamu bisa merokok”.

“ Aku juga tidak...tapi kenapa harus peduli? Lagipula rokok itu makruh,kau tahu artinya?”

“ Yeahh..”

Ia mengeluarkan sebatang lagi dan kami berdua hanya menghirup nikotin itu dalam-dalam dan pelan-pelan dalam sunyi. Sunyi yang amat cerewet. Malam menghantar kalimat-kalimat yang tak terucapkan.

Kau menarik nafas panjang setelah batang keempat.

“Kau pikir aku juga tak pernah rindu padamu, Tung? Ah, kenapa kau pikir begitu?” Tentu saja kau tahu jawabnya mengapa kau pikir begitu. Kau tak pernah peduli, tak pernah menyapa lagi dan tega membiarkan inginku jadi dingin yang berlalu bersama angin.

“Kau tahu, Tung? Membuat konklusi prematur tentang perasaan seseorang padamu adalah kejahatan yang amat serius. Aku bisa menuntutmu untuk itu” . kau tersenyum.

“ Aku bisa menuntutmu terlebih dahulu atas kejahatan yang lebih serius, Ting”

“ Apa? Memangnya aku pernah memerkosa kamu? Hahaha...kamu satu-satunya pacarku yang masih perawan dan aku menghormati pilihanmu. Aku setengah mati berusaha tak menyentuhmu sama sekali. What could be worse than that? Hahahaha” . kami terkekeh pelan bersamaan kali ini..lalu terdiam lagi.

“ Kau memutilasi hidupku. Kau curi lantas kau campakkan begitu saja hatiku. Sulit bagiku untuk hidup seperti sediakala lagi, Ting. I was heavily paralyzed”.

“ Kau tahu dari awal aku memang seperti itu, kan? Hhhh...yang mungkin tak kau tahu adalah kau juga melumpuhkan hatiku, Tung. Aku tu sayang sekali sama kamu. Kau tahu itu? Kurasa tidak. Bukannya aku tidak pernah mencoba untuk mencintai perempuan-perempuan lain setelah kepergianmu. Ternyata belajar jatuh cinta itu sulitnya bukan main. Kau tahu bukan, aku tak bisa dan tak pernah terbiasa untuk menyandarkan hatiku pada sesiapapun.”

“ Aku tahu “

“ Mencintai itu luka, Tung. Merindukan itu kalah dan cemburu itu bunuh diri bagi hati. Kau tahu rasanya ketika kau bersama dengan lelaki itu? Aku meranggas mati!”

“ Lelaki mana?”

“ Lelaki yang bisa mengembalikan lagi kepercayaanmu pada cinta”

“ Bagaimana kau...”

“ Web blog-mu. Aku membacanya tiap hari”

“ Tapi bagaimana mungkin kau menemukannya? Aku tak pernah beritahu sesiapa” “ Mungkin aku terlalu mengenal dirimu. Mungkin aku tidak sengaja meng-google apapun yang berkaitan dengan kamu, Tung. Nama panggilan kesayangan kita, nama kucingmu..ibumu..apapun. Mungkin waktu itu aku cuma sedang terlalu kangen namun tak punya cukup keberanian untuk menghubungimu dan mengatakannya padamu. Waktu itulah aku menemukan blog-mu. Setiap apa yang kau tulis disitu kuanggap merupakan bagian dari caramu untuk berkomunikasi denganku. Kau berhasil”

Aku tidak pernah berharap dia akan membaca semua tumpahan perasaan yang tertulis dalam sebuah blog yang rasanya alamatnya tak akan pernah diketahui oleh sesiapa. Aku memang tak biasa mengungkapkan perasaanku. Aku menuliskannya, aku merasakannya. Merasa, bergerak dan menjelma kisah. Aku sudah lama kehilangan kepercayaanku pada kepercayaanku pada orang lain. Aku tidak tahu apakah memang begitu sifat manusia. Dua sahabat saling memercayakan rahasia mereka pada satu sama lain, namun saling berlomba menjatuhkan nama dan membonkar borok aib saat mereka berseteru. Aku tidak suka itu. Aku juga sudah lama kehilangan kepercayaan pada cinta. Aku tak lagi percaya. Peperangan dan pembunuhan terkejam pun dilakukan atas dasar cinta. Cinta pada kekasih, pada Tuhan, pada harta..pada apapun. Kau lihat apa yang terjadi di palagan Bubat? Kau tahu apa yang menyebabkan terbunuhnya jutaan orang dalam revolusi kebudayaan Cina? Itu semua karena cinta. Aku tidak tahu pada apa dan siapa lagi aku bisa percaya, kecuali pada Tuhanku.

“ Aku sayang kamu Tung”

“ Aku juga...tapi aku memendam marah padamu, Ting...marah yang kelewat merah dan berdarah”

“ Aku tahu, Tung”

“ Kau memberiku sayap dan membawaku menikmati indahnya dunia, tapi kau yang mematahkannya. Tanpa sebab kau membuat malam-malamku berakhir sembab.”

“ Aku...”

“ Dulu kuanggap kau salah satu cahaya hatiku, Ting...Aku lupa, cahaya yang terang bisa menerangi atau malah membutakan. Ternyata kau cahaya yang membutakanku.”

“Aku berjanji kali ini tidak akan ada lagi sakit hati. Aku kira selama ini aku berhasil memenangkan pertandingan ego ini. ternyata tidak. Aku kalah karena aku tidak bisa menahan diri untuk menghubungimu lagi. Kau juga kalah karena kau bersedia menemuiku lagi meski kita sama-sama tahu aku sudah banyak mengabaikan dan menyakitimu”

“ Tapi ini bukan soal kalah atau menang, Ting. Tapi pilihan untuk tinggal. Kita sudah lama tahu ini akan terjadi. Bahwa akan ada jarak terentang dan perasaan kita akan centang perenang. Kau bermasalah dengan komitmen, aku pun. Kau tak pernah ingin terikat dan aku....Aku sudah jenuh dan ingin segera berlabuh dan membuang sauh. Aku tak ingin memaksa sesiapapun. I’d rather be alone than unhappy.”

“ Maaf ...” Kau terdiam...aku juga. Bergantian menunduk dan menatap bank pembangunan daerah di depan kami. Andai ada alat penghancur kenangan, semahal apapun itu pasti akan kubeli. Untukku satu dan untukmu satu. Angin menghembus pikirku entah kemana. Aneh sekali mengingat bagaimana perasaan bekerja. Sepasang manusia bertemu, tersipu dan bersatu...lalu mungkin jemu lantas berseteru. Kita tak pernah saling mengenal sebelumnya Ting, lalu kau datang memorak morandakan hidupku. Kita menemukan begitu banyak persamaan dalam perbedaan kita. Budaya kita, arah hidup kita, sikap kita, selera bahkan trauma dan kenangan masa kecil kita. Kenanganlah yang mempersatukan kita dan ironisnya, kenangan pula yang memisahkan kita.

“Maaf......” ucapmu sambil merengkuh bahuku masuk kedalam pelukan berbingkai tulang belulangmu. Tak ada kata yang keluar dari mulutku dan juga mulutmu. Aku bersandar di selangka kurus itu tanpa membalas pelukannya sama sekali. Jauh didalam sini, hatiku terasa agak nyeri. Besok pagi aku akan pergi dan tak akan pernah kembali. Riwayat rasa ini, kusudahi sampai disini. Hidupku akan terus berlari, bagai peluru yang terus melaju dan tak lagi ingin melihat kemungkinan-kemungkinan dibelakang, kecuali yang terlihat di ujung matanya. Aku mengucap selamat tinggal keunguan pada masa lalu dan masa depan kami. Semua tamat hingga disini.

Yogyakarta, suatu pagi buta.

MEMBAKAR KENANGAN

My Favorite Writing:

aku ingat seorang teman lama pernah berkata :
kenangan adalah makhluk yang paling berbahaya
dimuka bumi ini. dia tak berbentuk, tapi sanggup
mencengkerammu kuat dalam arus masa lalu yang
diam-diam mematikan.

aku ke DT8. merangkul udara Bandung yang dingin
kuat-kuat. aku tidak memanggil kenangan untuk
datang menjemput, tapi mereka langsung merubung
bagai porter di stasiun kebon kawung setibanya aku
di Bandung. dimana kenangan hidup? dicelah hatimu?
atau di lempitan otakmu?

aku ke DT8. mengemas barang dan kenangan yang tersisa.
sedikit tertegun dan tercekat melihat ternyata begitu banyak
kenangan yang kutumpuk dalam kamar mungil itu. berkotak
kardus tak muat juga kupenuhi dengannya. berpuluh kardus
dipenuhi dengan kepingan-kepingan hatiku yang terserak dan
tertinggal disana. kamar lembab dipenuhi embun sisa air mata
dan liur tawa. aku teriris sedikit...

sore itu juga kujejalkan semua kenanganku dalam berpuluh kardus
bekas rokok dan aqua disebuah tong sampah besar ditepi rumah.
spiritus dan api segera berkawan menghanguskan bukti masa lalu.
mereka mencegahku..."kenangan tak akan bisa dibeli lagi..dan meski
kau kaya, kenangan terlalu mahal untuk dibeli."
tapi sore itu aku tetap tercenung didepan api yang meletup-letup.
berkeretak ribut melalap kemarin dan ribuan kemarin yang lain.....
mereka cuma tidak tahu, teman-teman tersayangku itu, meski aku
membakar habis semua kenangan tapi sesungguhnya aku masih merasa
sia-sia belaka. sebab aku tidak bisa membakar hatiku sendiri, yang
terlalu rajin mencatat detil setiap kenangan yang sekarang cuma jadi
tumpukan abu dan arang..........

dust to dust, ashes to ashes

mercredi 7 juin 2006

ANJREETZZZ....BLOG INI MELLOW SKALEE

CEMBURU

tak akan kusangkal rasa iri dan cemburuku
yang membawaku berandai-andai
jikalau aku bisa selembut gadis-gadis mawar yang hatinya begitu kau jaga.
jikalau aku dapat setegar gadis-gadis kaktus yang jiwanya begitu kau puja
jikalau aku mampu menjadi begitu tak peduli seperti gadis-gadis benalu yang kau suka
jikalau aku sedahsyat gadis-gadis anggrek hitam yang membuat hatimu terjaga
jikalau aku secerdas gadis-gadis beringin yang mengakar dan meneduhkanmu.

tapi ternyata aku memang bukan sesiapa.
bukan bunga yang membuatmu berbunga-bunga apalagi jatuh cinta
bukan pohon yang memberikan kenyamanan bersandar bagi hatimu
bukan pula rumput yang nyaman untuk tempat berbaringmu...

aku hanyalah setangkai kembang bulan
tumbuh rapuh dipinggir jalan yang biasa kau lalui
mengamati dan akhirnya iri pada bunga-bunga yang akhirnya kau petik.
musim berkejaran dan aku masih disini
berharap suatu hari kau akan datang kembali dan berbisik
bahwa hatimu telah kumiliki

NICE TRY

hari pagi buta (dibawah pohon willow kami berbicara)
aku akhirnya punya pacar (dia berkata terbata)
aku ikut senang (setengah mati kutahan air mata)
benarkah begitu? (matanya meminta)
apalah guna dusta? (ternyata perasaanpun tak kuasa jujur bercerita)
aku akan pulang padanya (berpaling aku dari matanya)
ya, tentu saja (kenapa ia tak henti berkata-kata?)
apa kau sungguh tak apa? (buat apa kau bertanya?)
surely yes (i said)
nice try! (he replied)
because your trembled fingertips are more honest than your lips!

ternyata

ternyata kesakitan jatuh bangun
saat jatuh cinta padamu
itu jauh lebih mudah
daripada membencimu....

ternyata menempuh ratusan kilo
hanya untuk menyentuhmu
itu jauh lebih ringan
daripada meninggalkanmu...

ternyata terkelupas berdarah karenamu
itu jauh lebih menyenangkan
daripada mencoba melupakanmu.

PIECE FROM THE BLAST

Bagaimana seharusnya kujelaskan retak-retak didada yang tertinggal
setelah dulu ia mencoba memakukan dihatiku,pigura besar dengan gambar
dirinya yang tak pernah tersenyum itu?

kurasakan telingaku memanas dijalari darah yang sedikit mendidih,
saat ia menceritakan kekasih barunya. meski aku juga menceritakan
hal yang sama, entah kenapa aku merasa...perasaannya pada kekasihnya
jauh lebih besar dari perasaanku pada kekasih-kekasih baruku.
dan sabetan rasa itu membuat hatiku melompat mundur sesaat...

"apakah kau membenciku? bagaimanakah perasaanmu padaku setelah semua ini?"
apakah perasaanku masih penting sekarang, sayang? jujurlah padaku.
aku memang seringkali muak dengan tingkahmu dan marah pada diriku sendiri
yang masih tetap saja menyayangimu setelahnya namun sejujurnya aku tidak
pernah membencimu. maafkan aku jika kau kini membenciku karena aku tidak
bisa membencimu...aku cuma tak bisa.
meski seringkali kau buat aku menggigil dalam kerinduan yang justru membara,
meski kau buat hatiku membeku, tak pernah benar-benar mencair pada panas
api yang lain (itu menyiksaku)...meski kau meninggalkan kaldera yang nyaris
mati setelah memuntahkan lava dan magmanya dihatiku..tapi aku tak pernah
bisa membencimu.

beginilah rupaku sekarang...
seperti yang kau lihat. Seperti ruang besar yang kosong tanpa perabot.
segalanya masih seperti dulu saat pertama kau datang dan mengisi ruang-ruangnya
dengan berbagai piranti yang kau pikir akan kau perlukan. sekarang semuanya
kembali seperti dulu, kecuali retak bekas paku saat kau berusaha menancapkan
pigura foto dirimu itu. close up dengan mata tajam dan bibir yang terkatup.
ayo, coba duduklah diruang tamu kita dulu.
mari kita coba sofa baru yang kini kau bawa. two seater love chair..meski tanpa
meja untuk naruh minuman pelepas dahaga setelah pengembaraan kita yang amat jauh.
lagipula, malam ini seharusnya kita tak lagi memikirkan hal lain,
kecuali kita berdua. berpelukan mesra dan saling menggenggam tangan tampaknya akan cukup sempurna untuk malam yang tinggal beberapa jam ini. bukan begitu?
dan itulah yang akhirnya kita lakukan. :)
aku bahagia sekali akhirnya kau lingkarkan juga lengan hitam kurusmu itu menyeberangi punggungku yang putih gemuk berbungkus kaus bolong-bolong yang
sengaja kupakai untuk ventilasi hatiku yang pastinya panas bergetar-getar.

sudah berapa lama semenjak malam itu?
dan akan ada berapa malam lagi untuk sampai pada kesempatan yang lain?
aku tidak tahu. mungkin sebaiknya juga aku tidak mencari tahu..
kita biarkan saja rasa ini mengalir menggerus diri masing-masing.
bila waktunya terjadi, pasti dia akan terjadi bukan?

*ya, aku juga merindukanmu selama ini.
otopsi hati itu untukku bukan?

kalau

kalau kamu mati,
tolong berikan matamu dan hatimu padaku..
supaya aku bisa memahami dunia dari sudut pandangmu
dan bisa menyelami dasar hatimu.
terutama,
untuk mengetahui di folder manakah
kenangan tentangku disimpan?
terutama,
untuk mengetahui bagaimana kau mengenangku
dan bagaimana perasaanmu padaku.

AL-BAQARAH:283

"On no soul doth Allah place a greater burden than it can bear.
It gets every good that it earns, it suffers every ill that it earns"

blue mood

Ada masanya orang tak ingin jadi apa-apa
Tak ingin jadi presiden Tak ingin jadi walikota
Tak ingin jadi orang kota Tak ingin jadi orang desa
Ada masanya orang hanya ingin jadi serumpun bunga
Yang tumbuh tentram di beranda

(Kidung Pot Bunga, Eka Budianta)

well, kenyataannya memang aku sedang
pointless.
gripless.
meaningless.
loveless.
sedang sering mengatupkan telapak didepan wajah
menunduk dan menggigit bibir kuat-kuat.
menengadah dan menghela nafas panjang-panjang.

jadi begitulah,]
sedang tidak tahu....
apa yang telah kulakukan
aku yang harus kulakukan
dan
apa yang akan kulakukan..

THEN I REALIZE IT NOW

I found it was love I was feeling to him.
he was in my thoughts from morning to night.
but for the very first time i was able to feel happy with an absent love. what had i got to lose, if i was asking for nothing in exchange?

i found it normal to feel jealous, although life had taught me that it was pointless thinking i could own another person (anyone who believes that is just deceiving himself!!). it was just a proof of fragility..a proof that i'm just a normal human being and it was all forgiven :)

i read a line that said : the strongest love is the love that can demonstrate its fragility. if my love is real, freedom will conquer jealousy and any pain it causes me. pain is part of my process. that's all i need to BELIEVE. whenever i told my self I'm ready to fall in love with somebody, it have to be prepared for a daily dose of pain and discomfort.and i know i should have been good on it because ihave reached my limit

I've been thinking about him a lot. I've been thinking about us a lot. and i realize that I didn't go into this room only by chance. well, i guess really important meetings are planned by the souls long before the bodies see each other. but if now I really have to end it, at least I know that I love him that much no matter how hard he keep pushing me aside in the end.

I know that i have to leave now.
I love him and that's what I'm going to do: leaving him
upon his request. I just want him to be happy even when
it means that he's happy without me, i have to respect it.
so, this is it.
this is my final words:
I LOVE YOU, GOODBYE.

DI CERLANGMU

Matamu adalah tembang padang ilalang
yang tiba-tiba dipenuhi kupu-kupu terbang
setiap saat kita bercerita tentang
apa rasanya kembali pulang.

Matamu adalah nyanyian ladang gersang
yang dihujam hujan dan berkilat petir
tempat kutemukan badai tanpa angin
dan kudengar desau kebisuan yang berbicara

Matamu menjelma suhuf-suhuf dongeng
yang mengisah sepi sunyimu di tengah canda
dan canda tawamu di tengah sepi
dimana kubaca lembar-lembar cerita dirimu yang sebenarnya.

Matamu serupa puncak gunung berkabut
tinggi, tak tergapai dan menggigilkan hati
teduh hutanmu menyesatkanku
jurang-jurangmu memerosokkan aku.

Matamu menyimpan ketakterdugaan laut.
meski jernihmu membuatku tak ragu menyelami dasar hatimu,
sesekali keruh badaimu menghempas karam biduk kecilku
lalu kembali memanggilku untuk berlayar bersamamu...

Matamu bagiku dunia,
tempat aku menemukan makna dan cinta
meski kadang aku terluka.


untuk mataku

HOW DO I FEEL?

cinta adalah sebuah rasa yang muncul ketika fantasi-fantasimu hancur tentang obyek cintamu , ketika kau melewati fase 'merah-biru-ungu' hati ...kekosongan yang amat luas, tanpa kursi, surat kontrak, logika, janji , ( bottomline : do you feel it, or you just pushing 2 hard 2 feel it, or by favourite mistakes of humankind : try to make it a concept, memoirs ?

" hati-hati, hati...." ( buat dua hati..)