vendredi 9 mars 2007

MARAH

Benarkah Tuhan, yang mengetapel burung besi hingga jatuh lantak terbelah dua di belahan bumi setelah sebelumnya mengaramkan ratusan harapan ke dalam riak gelombang laut Jawa, Banda atau Sumatera yang kini kian terasa asin oleh air mata yang terus menerus mengalir dari coklat hitamnya air yang mengurung Jakarta dan dari deras hujan yang menggelontorkan merah tanah di ranah Manggarai?

Apakah semata Tuhan, yang menyulutkan api yang membakar rumah-rumah dan kapal rapuh berisi mimpi-mimpi diatas bumi yang kian terasa panas oleh amarah yang terus menerus bergolak bersama tunggul-tunggul pohon yang terbakar di botak hutan Kalimantan dan lumpur yang menggempur ribuan dapur?

Meski susah, dapatkah kau usahakan membuang prasangka dari picik sempit pikirmu hai tuan-tuan yang mengira diri maha mulia? bahagia tak terukur dari gelak tawa, tertunduk diam bukan berarti tak ada apa-apa. Nuranimu itu, coba kau ingat lagi dulu kau buang dimana?

Aucun commentaire: