dimanche 11 mars 2007

3 EPISODE-episode 1

sebuah fiksi yang mungkin terasa nyata

1
Lelaki itu menutup halaman terakhir buku tebal bersampul coklat yang baru saja selesai ia baca. Dengan menghela nafas panjang ia menerawang jauh ke luar jendela pesawatnya. Langit malam bagai tirai pertunjukan raksasa dengan kelap-kelip pijar bintang dan purnama bulat sempurna bak lampu sorot yang menyinari panggung drama kehidupan. Lelaki itu pikirnya tertuju pada seorang perempuan yang menuliskan kenangan-kenangan mereka pada punggung-punggung 200 helai kertas concord 80 gram. Tak habis pikirnya mengurai musabab ketekunan gadis itu mengukut satu demi satu kenangan mereka dan membariskan mereka dalam halaman-halaman krem, coklat dan putih itu. Mengapa ia melakukannya?

2
Perempuan itu terhenyak di kursi terasnya. Lelaki yang duduk di seberangnya asyik menyeruput teh hangat sambil sibuk menanyakan arti beberapa kalimat bahasa Inggris yang dalam sms yang dulu pernah dikirim perempuan itu padanya. Perempuan itu memandangi genggamannya sendiri pada buku agenda mungil milik lelaki itu yang baru saja diberikan padanya . Dilihatnya larik-larik sapa dalam bahasa Inggris sederhana yang pernah diketiknya dulu, kini tersalin rapi dalam tinta biru dan hitam yang kadang sedikit belobor. Tak habis pikirnya mengurai musabab ketekunan lelaki itu mengukut satu demi satu remah kata yang pernah dilontarkannya dan membariskan mereka dalam putih kertas bergaris-garis donker buku agenda miliknya. Mengapa ia melakukannya?

3
Lelaki itu merasa jantungnya seakan berhenti berdetak. Dengan gemetar, setelah menengok kanan-kiri, diambil dan dibukanya buku tebal bersampul coklat itu. Disentuhnya dengan syahdu kata KITA bersepuh merah tembaga pada sampulnya. Dunianya seakan runtuh ketika ditemukannya sebuah kisah tentang perempuan yang selalu menyimpan sendu rindu dalam sebuah ruang besar dalam hatinya, percakapan-percakapan dan pertukaran sapa dan asa dunia maya yang kini tersusun rapi pada punggung-punggung 200 helai kertas concord 80 gram. Tak habis pikirnya mengurai musabab ketekunan gadis itu mengukut satu demi satu kenangan bersama lelaki yang bukan dirinya, lalu bariskan mereka dalam halaman-halaman krem, coklat dan putih itu. Ah...tak tahukah ia bahwa tak ada lagi lelaki lain yang bisa mencintainya sedalam aku mencintainya...tidak juga lelaki yang padanya buku tebal bersampul coklat itu akan diberikan. Mengapa ia melakukannya?

Aucun commentaire: