mercredi 7 juin 2006

PIECE FROM THE BLAST

Bagaimana seharusnya kujelaskan retak-retak didada yang tertinggal
setelah dulu ia mencoba memakukan dihatiku,pigura besar dengan gambar
dirinya yang tak pernah tersenyum itu?

kurasakan telingaku memanas dijalari darah yang sedikit mendidih,
saat ia menceritakan kekasih barunya. meski aku juga menceritakan
hal yang sama, entah kenapa aku merasa...perasaannya pada kekasihnya
jauh lebih besar dari perasaanku pada kekasih-kekasih baruku.
dan sabetan rasa itu membuat hatiku melompat mundur sesaat...

"apakah kau membenciku? bagaimanakah perasaanmu padaku setelah semua ini?"
apakah perasaanku masih penting sekarang, sayang? jujurlah padaku.
aku memang seringkali muak dengan tingkahmu dan marah pada diriku sendiri
yang masih tetap saja menyayangimu setelahnya namun sejujurnya aku tidak
pernah membencimu. maafkan aku jika kau kini membenciku karena aku tidak
bisa membencimu...aku cuma tak bisa.
meski seringkali kau buat aku menggigil dalam kerinduan yang justru membara,
meski kau buat hatiku membeku, tak pernah benar-benar mencair pada panas
api yang lain (itu menyiksaku)...meski kau meninggalkan kaldera yang nyaris
mati setelah memuntahkan lava dan magmanya dihatiku..tapi aku tak pernah
bisa membencimu.

beginilah rupaku sekarang...
seperti yang kau lihat. Seperti ruang besar yang kosong tanpa perabot.
segalanya masih seperti dulu saat pertama kau datang dan mengisi ruang-ruangnya
dengan berbagai piranti yang kau pikir akan kau perlukan. sekarang semuanya
kembali seperti dulu, kecuali retak bekas paku saat kau berusaha menancapkan
pigura foto dirimu itu. close up dengan mata tajam dan bibir yang terkatup.
ayo, coba duduklah diruang tamu kita dulu.
mari kita coba sofa baru yang kini kau bawa. two seater love chair..meski tanpa
meja untuk naruh minuman pelepas dahaga setelah pengembaraan kita yang amat jauh.
lagipula, malam ini seharusnya kita tak lagi memikirkan hal lain,
kecuali kita berdua. berpelukan mesra dan saling menggenggam tangan tampaknya akan cukup sempurna untuk malam yang tinggal beberapa jam ini. bukan begitu?
dan itulah yang akhirnya kita lakukan. :)
aku bahagia sekali akhirnya kau lingkarkan juga lengan hitam kurusmu itu menyeberangi punggungku yang putih gemuk berbungkus kaus bolong-bolong yang
sengaja kupakai untuk ventilasi hatiku yang pastinya panas bergetar-getar.

sudah berapa lama semenjak malam itu?
dan akan ada berapa malam lagi untuk sampai pada kesempatan yang lain?
aku tidak tahu. mungkin sebaiknya juga aku tidak mencari tahu..
kita biarkan saja rasa ini mengalir menggerus diri masing-masing.
bila waktunya terjadi, pasti dia akan terjadi bukan?

*ya, aku juga merindukanmu selama ini.
otopsi hati itu untukku bukan?

Aucun commentaire: